Apa itu SAQIFAH BANI SAIDAH
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 11 Hijriah (632 M), umat Islam menghadapi persoalan besar: siapa yang akan memimpin umat setelah beliau?
Dalam pandangan Syiah, Nabi Muhammad tidak meninggalkan persoalan ini tanpa arahan. Menurut mereka, Nabi secara terang-terangan telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penerusnya, terutama dalam peristiwa Ghadir Khum, ketika beliau bersabda:
"Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya (mawla), maka Ali adalah pemimpinnya."
Bagi kalangan Syiah, ini bukan sekadar ucapan simbolis, melainkan penegasan bahwa Ali telah ditunjuk langsung sebagai pemimpin umat setelah Nabi. Namun, realitas yang terjadi setelah wafatnya Nabi sangat berbeda.
🏟️ Apa yang Terjadi di Saqifah Bani Sa’idah?
Ketika keluarga Nabi dan sebagian sahabat sibuk mengurus jenazah beliau, sekelompok kaum Anshar berkumpul di sebuah tempat bernama Saqifah Bani Sa’idah di Madinah. Mereka berdiskusi soal siapa yang layak memimpin umat Islam selanjutnya.
Beberapa tokoh dari kalangan Muhajirin, termasuk Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah, kemudian datang ke sana. Setelah perdebatan antara Anshar dan Muhajirin, Abu Bakar dibai’at sebagai khalifah pertama oleh sebagian yang hadir saat itu.
Dalam narasi Syiah, proses ini dianggap:
-
Tergesa-gesa, karena dilakukan ketika Nabi baru saja wafat dan belum semua sahabat berkumpul.
-
Tidak melibatkan Ahlul Bait, termasuk Ali, yang saat itu sedang sibuk memandikan dan mengurus jenazah Nabi.
-
Sebagai bentuk pengabaian terhadap wasiat Nabi yang telah menunjuk Ali sebagai pemimpin.
🔥 Pandangan Syiah Terhadap Akibat Peristiwa Saqifah
-
Kepemimpinan Ilahi
-
Syiah meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam bukan sekadar urusan politik atau hasil musyawarah, melainkan penunjukan dari Allah melalui Nabi.
-
Oleh karena itu, menurut mereka, hanya Ali dan keturunannya dari Ahlul Bait yang berhak memimpin umat sebagai Imam.
-
-
Penolakan Bai’at oleh Ali
-
Menurut riwayat-riwayat Syiah, Ali tidak langsung membai’at Abu Bakar.
-
Disebutkan bahwa Ali baru memberikan bai’at secara formal setelah enam bulan, itupun setelah wafatnya Fatimah az-Zahra.
-
-
Ketegangan dengan Ahlul Bait
-
Salah satu riwayat paling menyakitkan dalam tradisi Syiah adalah cerita tentang adanya ancaman dan tekanan terhadap rumah Fatimah untuk memaksa Ali membai’at.
-
Ini dianggap sebagai penghinaan terhadap keluarga Nabi dan awal mula konflik besar antara Ahlul Bait dan sebagian elite sahabat.
-
0 Comments:
Post a Comment